Sabtu, 20 Maret 2010

Pelangi Pariwisata Bojonegoro


Sebuah obyek wisata yang ada di Bojonegoro, Tirtawana Dander dan Lapangan Golf, di dalam kawasan yang terletak 12 kilometer dari Kota Bojonegoro tersebut tampak terhampar rumput hijau. Hutan jati yang daunnya mulai melebar karena siraman air hujan membentengi area tersebut. Kayu jati memang merupakan salah satu komoditas andalan Bojonegoro.

Ada pula beberapa patung binatang dan permainan anak-anak. Masih di area yang sama terdapat pondok wisata dengan 12 kamar dan sebuah pesanggrahan. Sebuah pintu berhiaskan motif wayang di atasnya. Didalamnya terdapat hamparan air sebuah kolam renang.



Wisata Kayangan Api.

Dari sumber itu pula, api Pekan Olahraga Nasional ke-15 tahun 2000 di Surabaya diambil untuk kemudian diarak keliling Jawa Timur. Selain itu, Kayangan Api juga dipercaya masyarakat sekitar mempunyai nilai magis dan keterkaitan dengan Kerajaan Majapahit.

Begitu memasuki gapura, tampak berdiri jajaran tiang. Di tengah tiang tersebut terdapat sebuah lingkaran batu. Dari lingkaran itu menguap gelombang panas, sementara api unggun berwarna kuning kemerahan menari-nari tertiup angin.

Konon, nyala Kayangan Api digunakan oleh Empu Kriya Kusuma (nama samaran dari Empu Supagati) untuk pembuatan keris pusaka guna mengembalikan Majapahit dari tangan pemberontak. Sayangnya, cahaya api itu tidak terlalu terlihat di siang hari. Sehingga disarankan sampai dilokasi malam hari jam tujuh keatas. Sekitar 80 meter dari Kayangan Api, mengikuti jalan setapak yang telah disediakan, pengunjung dituntun menuju ke semacam kolam.

KOLAM yang satu ini berbeda dari kolam lainnya. Air keruh kolam itu menggelegak/blukuthuk begitu kira-kira bunyinya, dengan gelembung-gelembung yang menyerupai air mendidih. Aroma belerang tersebar begitu mendekat ke sumber air hangat itu. Masyarakat sekitar menamainya Blekuthuk. Uniknya, air tak akan terasa panas jika disentuh. Dipercaya bahwa air itu punya khasiat menyembuhkan berbagai penyakit.

Empu Kriya Kusuma memang mempunyai keterkaitan yang erat dengan kawasan tersebut. Tak jauh dari Kayangan Api, misalnya, terdapat sebuah pohon beringin besar yang dipagari kayu. Tepat di bawahnya tersusun gundukan batu bata berukuran 20 cm x 30 cm. Ada yang mempercayai di bawah pohon itulah tempat tirakat Empu Kriya Kusuma sambil membuat kerisnya. Salah satu kerisnya yang terkenal adalah Dapur Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo yang kini menjadi pusaka kabupaten.

Batu bata tersebut ada kemiripan dengan batu sejenis peninggalan Kerajaan Majapahit yang banyak tersebar di situs Trowulan. Terlihat dari ukuran batu bata dan tanda boto kluwung atau goresan tiga jari yang membentuk pelangi.

Untuk memasuki kawasan Kayangan Api, Dander, misalnya, pengunjung harus menempuh perjalanan belasan kilometer membelah hutan jati, sawah, dan permukiman penduduk. Angkutan umum juga tidak menjangkau kawasan Kayangan Api dan Tirtawana Dander.

Daerah juga harus menyadari potensi dan kelemahan yang dimilikinya. Untuk mengembangkan pariwisata di daerah, pemerintah daerah perlu menghilangkan arogansi dan mau bekerja sama dengan daerah lain untuk membuat rute wisata. Bojonegoro, misalnya, dapat dibuat paket wisata dengan melibatkan obyek yang ada di Tuban dan Cepu yang telah terlebih dahulu terkenal. Dan, didirikan pusat informasi pula di daerah tetangga itu

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda